Maritim Indonesia — Kesatuan Pengamanan Laut dan Pantai (KPLP) terus melakukan berbagai upaya dalam meningkatkan kemampuan menghadapi Insiden Keamanan Maritim, salah satunya dengan mengikuti kegiatan Maritime Security Desktop Exercise Sidney Australia yang dilaksanakan selama 6 hari pada tanggal 15 — 20 Oktober 2023.
Kepala Pangkalan Penjagaan Laut Dan Pantai Kelas I Tanjung Priok, Triono, S.Pel, M.M., yang mengikuti kegiatan tersebut mengatakan bahwa Maritime Security Desktop Exercise (MSDE) Sydney 2023 telah sukses dilaksanakan di Sydney, Australia, merupakan latihan rutin koordinasi dan tanggap darurat krisis keamanan maritim yang melibatkan instansi pemerintah terkait dan mitra industri Maritime.
“Latihan ini mensimulasikan skenario terjadinya kecelakaan kapal tanker di perairan Pelabuhan Sydney yang menyebabkan tumpahan minyak (oil spill) di area vital,” kata Triono dalam keterangan tertulis, Jumat (27/10).
“Tujuannya adalah untuk menguji dan mengevaluasi kesiapan, rencana kontijensi dan prosedur tanggap darurat dari berbagai instansi,” tambahnya.
Lebih jauh dijelaskan, beberapa agenda latihan yang dilaksanakan dalam kegiatan Maritime Security Desktop Exercise tersebut adalah :
a. Efforts in Enchaning Maritime Security.
b. Civil Maritme Security Threats Brief.
c. Regional Maritime Security
d. UNCLOS 1982.
e. Exclusive Economic Zone And Hot Pursuit.
f. Piracy and SAR.
g. Maritime Security Desktop.
Kegiatan diikuti oleh 46 peserta dari instansi penegak hukum di laut dari negara ; Australia, Indonesia, Singapura, Filipina, Malaysia, Laos, Vietnam, India, Pakistam, Bangladesh, Turki, Bahrain, Jepang, Amerika Serikat, Papua Nugini dan Timor Leste.
Triono mengapresiasi komitmen seluruh pihak dalam MSDE Sydney 2023 sukses guna meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi potensi ancaman keamanan maritim.
Menurutnya, latihan rutin seperti ini penting untuk memastikan maritim Nasional dan Internasional aman dan terlindungi.
“MSDE Sydney 2023 sukses meningkatkan koordinasi antar instansi dalam menangani skenario krisis simulasi. Berbagai pembelajaran yang didapatkan akan menjadi masukan berharga untuk penyempurnaan prosedur operasi standar dan rencana kontijensi keamanan maritim ke depannya,” pungkas Triono. (ire djafar)
