Kontribusi Pelindo Multi Terminal Dalam Meningkatkan Daya Saing Logistik Nasional

banner 468x60

Direktur Utama PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo), Arif Suhartono, mengatakan penggabungan (merger) perusahaan pengelola pelabuhan (Pelindo I s/d IV) dua tahun lalu sebagai upaya melakukan standarisasi pelayanan terhadap para pengguna jasa.

Read More
banner 300x250

Arif menilai sebelum merger, sebenarnya semua perusahaan pengelola pelabuhan memiliki kemampuan untuk menangani kegiatan bongkar muat baik petikemas maupun kargo umum (general cargo). Namun, kemampuan itu berbeda-beda antara satu pelabuhan dengan pelabuhan lainnya.

Alumni Teknik Sipil Institut Teknologi Bandung (ITB) tersebut mengilustrasikannya dengan  kemampuan setiap orang untuk bisa membuat kue bolu meskipun dalam jumlah yang terbatas.

“Membuat kue bolu itu rumusnya cuma  tepung, telur, gula di-mixer,  kemudian dimasukkan ke dalam oven, dan setengah jam kemudian sudah jadi,” katanya saat menjadi pembicara dalam Webinar Jaga Pelabuhan yang digelar Strategi Nasional Pencegahan Korupsi (Stranas PK) Komisi Pemberantasan Korupsi, di Jakarta tahun 2023 lalu.

Pertanyaannya, bagaimana rasa dari bolu tersebut? Belum tentu sama. Apalagi jika bolu yang dibuat dalam jumlah yang banyak.

Begitu pun dengan kegiatan bongkar muat di masing-masing pelabuhan. Keputusan pemerintah menggabungkan perusahaan pengelola pelabuhan menjadi satu bertujuan agar pengelolaan pelabuhan memiliki rasa yang sama. Itu berarti, produktivitas bongkar muat di pelabuhan meningkat dengan kualitas standar layanan yang sama.

Kebutuhan untuk melakukan penggabungan tersebut semakin menguat bila melihat masih belum efisiennya waktu kapal sandar (port stay) maupun waktu barang menumpuk di pelabuhan (cargo stay).

Dari aspek logistik nasional, imbuh Arif, terdapat beberapa persoalan yang juga harus diselesaikan secara paralel seiring dengan penggabungan perusahaan pengelola pelabuhan. Persoalan-persoalan tersebut antara lain belum seimbangnya angkutan kargo antara Indonesia bagian barat dan timur, dukungan regulasi, maupun produktivitas dari pelabuhan itu sendiri.

Kurun waktu beberapa tahun terakhir, pemerintah sebenarnya telah berupaya menyelesaikan satu per satu persoalan seperti diungkapkan Direktur Utama Pelindo tersebut. Program Tol Laut menjadi salah satu terobosan untuk menyelesaikan persoalan angkutan laut dari barat ke timur atau sebaliknya yang selama ini terkendala dengan mahalnya ongkos transportasi. Begitu pun gap analysis infrastruktur dari masing-masing pelabuhan seperti alat bongkar muat, dermaga, lapangan penumpukan, maupun alur.

Kinerja

Target pemerintah menggabungkan perusahaan pengelola pelabuhan yang diikuti dengan klasterisasi kegiatan bongkar muat (petikemas dan general cargo), logistik, serta peralatan, relatif berhasil meningkatkan kinerja pelabuhan Indonesia.

Salah satunya seperti ditunjukkan Subholding Pelindo Multi Terminal (SPMT) yang menangani kegiatan bongkar muat barang cair, curah dan general cargo (kargo umum).

Data yang dirilis perusahaan bulan Februari tahun 2024 lalu menunjukkan arus barang atau flow of goods yang dilayani oleh Pelindo Multi Terminal naik 28,8% dari aspek tonase kapal per harinya. Selain itu waktu bongkar muat menjadi lebih cepat dengan peningkatan 18,1%, yang pada gilirannya berimbas pada  waktu sandar kapal di pelabuhan (port stay) sebesar 17,5%.

Tahun 2023, SPMT mencatatkan kinerja yang positif dalam pelayanan arus muatan barang curah kering seperti batu bara, bijih besi, gula, kedelai dan lainnya naik 5,9% year on year (yoy) sebesar 55,1 juta ton, sementara curah cair juga mengalami peningkatan 8,9% (yoy) sebesar 30,3 juta ton. Arus general cargo dan  bag cargo mengalami peningkatan 9,8% dibandingkan 2022 sebesar 25,2 juta ton, sementara arus barang berupa gas mengalami peningkatan 49,8% sebesar 13,1 juta MMBTU.

Sama halnya dengan arus barang berupa kendaraan, juga mengalami peningkatan yang mencapai 1,5 juta unit atau naik 8,4% dari 2022. Terpantau juga arus peti kemas naik 1,1% dari 2022 menjadi 429 ribu TEUs.

Saat ini, SPMT yang berdiri sejak tahun 2021 mengelola 32 Cabang Pelabuhan, dengan sebagian pengelolaan oleh Anak Perusahaan, yaitu PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk (IKT), Pelabuhan Tanjung Priok (PTP), dan PT Terminal Curah Utama (TCU).

Direktur Operasi SPMT Arif Rusman Yulianto menjelaskan, proses Transformasi yang dilaksanakan mengacu pada 6 pilar yakni, Proses, SDM, Teknologi, Peralatan, Infrastruktur & HSSE hingga saat ini terminal yang sudah dilakukan transformasi telah mencapai maturity level 3 yang akan dikembangkan secara terus-menerus.

Sebagai komitmen untuk menghadirkan layanan operasional dan komersial yang unggul, SPMT melakukan transformasi di seluruh pelabuhan yang dimulai dengan tahap standarisasi, diikuti oleh sistemisasi, dan akan dilanjutkan dengan melakukan integrasi.”

Sepanjang tahun 2023, SPMT telah melakukan transformasi di 24 Cabang Pelabuhan, dengan melakukan standarisasi dan digitalisasi dimulai dari perbaikan planning and control, serta improvement traffic flow sehingga kegiatan bongkar muat menjadi lebih maksimal. Sehingga selama dua tahun ini SPMT telah melakukan transformasi di 25 terminal di wilayah kerjanya,” tuturnya.

Sejak serah terima operasi terminal, SPMT terus berbenah diri dengan melakukan proses transformasi yang bertujuan untuk melakukan standarisasi seluruh pelabuhan yang dikelola di seluruh Indonesia.

Dari aspek operasional, SPMT juga mengimplementasikan sistem operasi pelabuhan multi terminal terintegrasi atau yang disebut PTOS-M (Pelindo Terminal Operating System Multipurpose).

“PTOS-M memiliki arsitektur yang terintegrasi dengan sistem-sistem lain seperti customer portal, sistem layanan kapal, dan sistem layanan keuangan. Selain terintegrasi dengan beberapa sistem, PTOS – M memiliki fitur yang memberikan kemudahan layanan seperti online booking request, operation planning, storage inventory, serta control & monitoring,” ungkap Arif.

PTOS-M menjadi bagian dari proses transformasi dan standarisasi yang juga berdampak pada peningkatan produktivitas Ton/Ship/Day (T/S/D) serta penurunan port stay dan cargo stay yang signifikan.

Kolaborasi

Untuk lebih meningkatkan kinerja, SPMT juga membangun kerja sama dengan berbagai perusahaan baik lingkup Pelindo maupun luar Pelindo. Kerja sama dengan Subholding Pelindo Solusi Logistik (SPSL) dilakukan di Terminal Nonpetikemas Kijing di Mempawah, Kalbar. Kerja sama ini dalam bentuk pelayanan bongkar muat bahan baku pupuk yaitu Cargo Rock Phosphate sebanyak 15.000 M3, pada bulan Juli tahun 2023.

Begitu pun kerja sama yang dilakukan dengan Perum Bulog untuk memperlancar kegiatan penerimaan beras impor baik proses persiapan kedatangan kapal, berthing, sandar maupun bongkar, serta percepatan pengiriman dari pelabuhan ke gudang Bulog, maupun untuk memperlancar kegiatan movement antar pelabuhan.

“Kami harap dapat mempermudah kelancaran distribusi, pemerataan stok, dan ketersediaan pasokan untuk pengelolaan Cadangan Pangan Pemerintah (CPP), serta stabilisasi dan keterjangkauan harga pangan dalam rangka pengendalian inflasi pangan secara nasional”, ujar Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi saat penandatanganan nota kesepahaman dengan PT Pelindo pada bulan Desember 2023 lalu.

Dari aspek sumber daya manusia (SDM), SPMT juga terus melakukan peningkatan kapasitas baik dalam bentuk pelatihan (training), seminar, maupun kegiatan lain yang bersifat capacity building.

Sejalan dengan tujuan merger pengelolaan pelabuhan, berbagai upaya yang dilakukan SPMT sejatinya merupakan kontribusi terhadap peningkatan performa logistik nasional. Langkah-langkah yang dilakukan SPMT selama ini merupakan mata rantai dari strategi mewujudkan daya saing logistik secara keseluruhan. *** (Karnali Faisal)

banner 300x250

Related posts

banner 468x60

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *